BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN SOSIALISASI
Manusia disamping sebagai mahluk
individu juga sebagai mahluk sosial, di mana manusia yang satu dengan yang
lainnya saling membutuhkan. Sedangkan jika dilihat dari kaca mata agama manusia
memiliki dua sisi hubungan yang sangat mendasar yaitu hubungan secara vertikal
dan hubungan secara horizontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan manusia dengan
sang pencipta sedangkan hubungan secara horizontal yaitu hubungan manusia
dengan manusia atau yang kita kenal dengan istilah sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi keberlangsungan hidup antar sesama manusia karena dengan
adanya sosialisasi akan membawa manfaat baik bagi manusia itu sendiri maupun
bagi lingkungan tempat ia tinggal. Manusia bisa saling mengenal, mengerti, dan
memahami satu dengan lainnya sehingga memungkinkan akan terjadi sikap saling
toleran, saling menjaga dan melindungi.
Pengertian sosialisasi banyak
disampaikan oleh para ahli antara lain menurut S. Nasution (2009) proses
sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Menurut
pandangan Kimball Young (Gunawan: 2000), sosialisasi ialah hubungan interaktif
yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural
yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat dua ahli
tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu
menjadi anggota masyarakat.
Pendapat tentang pengertian
sosialisasi juga disampaikan oleh Gunawan (2003) yang menyatakan bahwa
sosialisasi dalam arti sempit merupakan proses bayi atau anak menempatkan
dirinya dalam cara atau ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan
sosiokultural keluarga dan kelompok-kelompok lainnya). Sedangkan Soekanto
(1990:71) menyatakan bahwa sosialisasi mencakup proses yang berkaitan dengan
kegiatan individu-individu untuk mempelajari tertib sosial lingkungannya dan
menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas, nonkonformitas,
penghindaran diri dan konflik. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
dalam sosialisasi individu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Di samping pengertian-pengertian di
atas, beberapa ahli juga memberikan definisi tentang sosialisasi, diantaranya:
a. Thomas
Ford Hoult (1991) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan proses belajar
individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar dalam kebudayaan suatu
masyarakat.
b. Havighurst dan Neugarten
mengatakan “ Socialization is the proces by which children learn the way of their
society and make these ways part of their own personalities ” Proses sosialisasi adalah proses belajar.
Meskipun sosialisasi kerapkali disama-artikan dengan proses belajar, tetapi beberapa
ahli mengartikan sebagai proses belajar yang bersifat khusus.
c. R.S. Lazarus
menyatakan bahwa “ The entire proces of sosialization, by means of which the child acquires the values and conduct
patterns of the culture , is a process of accomodation,
in which the child learns to inhibit and modify his impuls in favor of
environmental pressures, and develops new ones that are culturally determined ”
. Jadi proses
sosialisasi adalah proses akomodasi, di mana individu menghambat atau mengubah
impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola
nilai dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
B.
MEDIA SOSIALISASI
Dalam sosialisasi peserta didik terdapat sejumlah media
sosialisasi, yaitu:
a. Keluarga
Orang tua atau keluarga harus
menjalankan fungsi sosialisasi dengan berusaha mempersiapkan bekal
selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan,
cita-cita dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, serta mempelajari
peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka kelak.
b. Teman sepermainan dan sekolah
Merupakan lingkungan sosial kedua
bagi anak setelah keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak
mulai mengenal harga diri, citra diri dan hasrat pribadi
c. Lingkungan kerja
Hal yang perlu dipelajari dalam
lingkungan kerja misalnya bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana bekerja
sama dengan bagian lain dan bagaimana beradaptasi dengan rekan kerja.
d. Media massa
Merupakan sarana yang efektif dan
efisien untuk mendapatkan informasi. Melalui media, seseorang dapat mengetahui
keadaan dan keberadaan lingkungan dan kebudayaan sehingga dengan informasi
tersebut dapat menambah wawasan.
C. PROSES SOSIALISASI
Sosialisasi itu sebagai proses
belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga
dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi proses perlakuan dan bimbingan
orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau
norma-norma kehidupan bermasyarakat. Proses membimbing yang dilakukan oleh
orangtua tersebut disebut proses sosialisasi. Proses sosialisasi adalah proses belajar,
yaitu suatu proses akomodasi di mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya
dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat. Dalam proses sosislisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap,
ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana dia hidup. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu
disusun dan dikembangkannya sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadi.
Dalam
proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah sebagai berikut:
1. Belajar (learning)
Belajar adalah suatu perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu.
Proses belajar individu berlangsung sepanjang hayat, yaitu belajar dari
individu itu lahir sampai ke liang lahat. Proses sosialisasi individu
mempelajari kebiasaan, sikap, idea-idea, pola-pola dan tingkah laku dalam
masyarakat di mana dia hidup. Sosialisasi adalah masalah belajar. Dalam proses
sosialisasi individu belajar tentang kebudayaan dan keterampilan sosial seperti
bahasa, cara berpakaian, cara makan, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dipelajari
individu mula-mula dipelajari dari orang lain di sekitarnya terutama anggota
keluarga. Individu belajar secara sadar dan tak sadar. Secara sadar individu
menerima apa yang diajarkan oleh orang di sekitarnya, misal seorang ibu
mengajarkan anaknya berbahasa dan bagaimana cara makan yang benar. Secara tidak
sadar, individu belajar dari mendapatkan informasi dalam berbagai situasi
dengan memperhatikan tingkah laku orang lain, menonton televisi, mendengar
percakapan orang lain, dan sebagainya.
2. Penyesuaian Diri dengan
Lingkungan
Penyesuaian diri merupakan kemampuan
untuk mengubah diri sesuai dengan lingkungannya atau sebaliknya mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Penyesuaian diri individu terbagi dua
yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik yang sering disebut dengan
istilah adaptasi, dan penyesuaian diri dengan lingkungan sosial yang disebut
adjustment. Adaptasi merupakan usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya yang lebih bersifat fisik.Sedangkan adjustment merupakan
penyesuaian tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, di mana dalam
lingkungan tersebut terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur
tingkah laku dalam lingkungan sosial tersebut.
Untuk menilai berhasil atau tidaknya
proses penyesuaian diri, ada empat kriteria yang harus digunakan di antaranya
sebagai berikut:
a. Kepuasan psikis
Penyesuaian diri yang berhasil akan
menimbulkan kepuasan psikis, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak
puas.
b. Efisiensi kerja
Penyesuaian diri yang berhasil akan
nampak dalam kerja/kegiatan yang efisien, sedangkan yang gagal akan nampak
dalam kerja/kegiatan yang tidak efisien. Misal, murid yang gagal dalam
pelajaran di sekolah.
c. Gejala-gejala fisik
Penyesuaian diri yang gagal akan
nampak dalam gejala-gejala fisik seperti: pusing kepala, sakit perut, dan
gangguan pencernaan.
d. Penerimaan sosial
Penyesuaian diri yang berhasil akan
menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat, sedangkan yang gagal akan
mendapatkan reaksi tidak setuju masyarakat.
Proses penyesuaian diri individu
khususnya remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi:
a.
Motif-motif sosial
motif diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
b. Konsep
diri
Konsep diri yaitu cara seseorang
memandang dirinya sendiri, baik mencakup aspek fisik, psikologis, sosial maupun
kepribadian.
c.
Persepsi
Persepsi yaitu pengamatan dan
penilaian seseorang terhadap obyek, peristiwa dan realitas kehidupan, baik itu
melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek
tersebut.
d. Sikap
Sikap yaitu kecenderungan seseorang
untuk beraksi kearah hal-hal yang positif atau negatif.
e. Intelegensi dan minat.
f. Kepribadian. (Anonim, 2011)
Adapun faktor eksternal yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri individu sebagai berikut:
a. Keluarga
dan pola asuh, meliputi pola demokratis, permisive (kebebasan), dan otoriter.
b. Kondisi sekolah, yaitu antara
kondisi yang sehat dan tidak sehat.
c. Kelompok sebaya, yaitu merupakan
teman sepermainan.
d. Prasangka
sosial, yaitu adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh prasangka
terhadap kehidupan individu.
e. Faktor
hukum dan norma sosial, yang dimaksudkan di sini adalah pelaksanaan tegaknya
hukum dan norma-norma dalam masyarakat.
Faktor internal dan eksternal
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Penyesuaian diri dilakukan melalui
proses belajar sehingga terjadi kebiasaan.
3. Pengalaman mental
Pengalaman seseorang akan membentuk
suatu sikap pada diri seseorang dimana didahului oleh sikap terbentuknya suatu
kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama. Seorang
anak yang sejak kecil terbiasa dengan bantuan orang lain untuk setiap pekerjaan
yang harusnya dapat dikerjakan sendiri, setelah dewasa nanti dia akan
tergantung dengan orang lain.
Perkembangan diri individu dimulai
dengan proses sosialisasi, dan proses ini berlangsung terus selama hidup.
Proses sosialisasi terbagi menjadi dua periode, yaitu sosialisasi primer dan
sosialisasi sekunder. Robinson (1986:58) mengungkapkan bahwa lazimnya ahli-ahli
ilmu pegetahuan sosial menamakan periode sosialisasi yang pertama ketika seorang
anak untuk pertama kali memperoleh identitasnya sebagai pribadi (person) yang
disebut dengan sosialisasi primer (primary socialization).Sedangkan sosialisasi
sekunder (secondary socialization) berlangsung sesudah sosialisasi primer,
yaitu dimana anak menjadi anggota masyarakat yang luas.
Seluruh proses sosialisasi
berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Sosialisasi tercapai
melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
SOSIALISASI
Individu akan berkembang menjadi
makhluk sosial melalui proses sosialisasi. Dalam proses ini ada dua faktor yang
mempengaruhi, yaitu keteladanan orang tua dan lingkungan pergaulan. Menurut Ahmadi
(2009), ada lima faktor yaitu:
1. Sifat
dasar, yaitu merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang
dari ayah dan ibunya.
2.
Lingkungan prenatal, yaitu lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode ini
individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu, misalnya
beberapa jenis penyakit (diabetes, kanker, siphilis) berpengaruh secara tidak
langsung terhadap pertumbuhan mental, penglihatan dan pendengaran anak dalam
kandungan.
3.
Perbedaan individual, meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik (bentuk badan,
warna kulit, warna mata, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya
sistem endokrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri personal dan sosial.
4.
Lingkungan, meliputi lingkungan alam (keadaan tanah, iklim, flora dan fauna),
kebudayaan, manusia lain dan masyarakat di sekitar individu.
5.
Motivasi, yaitu kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan
individu untuk berbuat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses sosialisasi tersebut berasal dari luar dan dalam diri individu. Faktor
yang berasal dari dalam diri individu yaitu sifat dasar, perbedaan individual,
dan motivasi.Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu yaitu lingkungan
prenatal, dan lingkungan sekitar.
Sebagai
suatu proses, sosialisasi memiliki beberapa metode yang digunakan dalam
memengaruhi sosialisasi anak, diantaranya:
1. Metode ganjaran dan hukuman
2. Metode didactic teaching
3. Metode pemberian contoh
E. KENDALA DAN PENDUKUNG PROSES
SOSIALISASI
Dalam proses sosialisasi tidak
selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah kendala, yaitu:
1. Kesulitan komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses
interaksi dengan suatu stimulus (rangsangan) yang memperoleh suatu arti
tertentu dijawab oleh orang lain (respon) secara lisan, tertulis maupun dengan
aba-aba. Kesulitan komunikasi dalam proses sosialisasi yaitu terjadi bila anak
tidak mengerti apa yang diharapkan darinya atau tidak tahu apa yang diinginkan
oleh masyarakat atau tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya.
2. Adanya pola kelakuan yang
berbeda-beda atau yang bertentangan.
3. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi, dan
urbanisasi.
Dalam proses sosialisasi bisa
terjadi kendala atau hambatan, hal ini disebabkan sebagai berikut:
1. Terjadinya kesulitan komunikasi.
Kesulitan komunikasi terjadi karena
yang berkomunikasi adalah manusia dengan segala perbedaannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga yaitu: citra diri dan citra orang
lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan perbedaan
usia. Citra diri yaitu ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain, dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Suasana psikologis
mempengaruhi komunikasi, komunikasi sulit berlangsung jika seseorang dalam
keadaan marah, kecewa, bingung, diliputi prasangka, dan suasana psikologis
lainnya. Lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi, karena komunikasi dapat
berlangsung di mana saja dan kapan saja dengan gaya dan cara yang berbeda.
Selain itu cara kepemimpinan (otoriter, demokratis), penggunaan bahasa, dan
perbedaan usia juga mempengaruhi proses komunikasi.
2. Adanya pola kelakuan yang
berbeda-beda atau bertentangan.
Pola kelakuan berbeda-beda atau
bertentangan yang diperoleh anak dapat mempengaruhi proses sosialisasi. Anak
akan merasa bingung dengan perbedaan tersebut.
Pendapat para ahli di atas pada
dasarnya sama, yaitu menyatakan bahwa kendala dalam proses sosialisasi meliputi
adanya kesulitan komunikasi, pola kelakuan yang berbeda, dan akibat perubahan
dalam masyarakat.
Proses sosialisasi selain memiliki
kendala juga memiliki pendukung. Sosialisasi yang sukses bila disertai dengan
toleransi yang tulus, disiplin dan patuh terhadap norma-norma masyarakat,
hormat-menghormati, dan saling menghargai. Dengan pendukung tersebut, proses
sosialisasi dapat berjalan dengan baik.
F. PERAN
DAN FUNGSI SEKOLAH DALAM PROSES SOSIALISASI ANAK DIDIK
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur pendidikan
sekolah/formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
(Pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan
keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara dalam
perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum,
antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Anak
didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
b. Anak didik belajar mentaati
peraturan-peraturan sekolah.
c.
Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara.
Selain
itu, sebagai proses sosialisasi anak, sekolah memiliki peranan sebagai (a) transmisi
kebudayaan, (b) mengadakan kumpul sosial, (c) memperkenalkan anak dengan tokoh
teladan, dan (d) menggunakan tindakan positif (pujian) dan tindakan negatif
(hukuman).
Bisa dikatakan bahwa sebagian besar
pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari
pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan,
betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah.
Adapun fungsi sekolah itu sendiri sebagai
berikut:
a.
Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan; di samping
bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi
sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan
melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual
dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral.
b.
Spesialisasi; sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat ialah
makin bertambahnya diferensiasi sosial yang melaksanakan tugas tersebut.
Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam
bidang pendidikan dan pengajaran.
c.
Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di
bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab:
1) Apabila
tidak ada sekolah dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga,
maka hal ini tidak akan efisien, karena orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaannya, serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan
dimaksud.
2) Oleh
karena pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan
sistematis.
3)
Di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus.
Jadi, dalam hal ini sekolah
mempunyai peranan yang penting dalam proses sosialisasi yaitu proses untuk
membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial serta makhluk yang dapat
beradaptasi dengan baik di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar